Sony Lytia 901: Sensor 200 MP Berbasis AI yang Siap Mengubah Standar Fotografi Mobile

Sony Lytia 901 kamera 200MP

Sony kembali mengguncang industri kamera smartphone dengan merilis sensor Lytia 901, sensor 200 MP kelas flagship yang membawa sederet teknologi baru yang sebelumnya hanya hadir pada kamera profesional. Bagi para enthusiast fotografi mobile, insinyur pencitraan, hingga penggemar teknologi kamera yang mengikuti perkembangan dari level sensor, Lytia 901 bukan sekadar upgrade megapiksel. Sensor ini membuka arah baru: pemrosesan gambar berbasis AI langsung di tingkat hardware, arsitektur piksel eksperimental, dan kemampuan zoom optik-simulatif tanpa modul telefoto.

Artikel ini membahas secara lengkap apa yang membuat Lytia 901 begitu berbeda, bagaimana teknologi di dalamnya bekerja, serta mengapa para analis menilai sensor ini bakal menjadi salah satu komponen paling berpengaruh di smartphone flagship 2026.

Sensor Besar 1/1.12 Inci dengan Resolusi 200 MP

Lytia 901 hadir dengan ukuran 1/1.12 inci, yang berarti lebih besar dari mayoritas sensor flagship saat ini. Sensor yang besar memungkinkan lebih banyak cahaya masuk, sehingga noise rendah dan dynamic range meningkat. Ketika dipasangkan dengan resolusi sekitar 200 MP, sensor ini berpotensi menghadirkan detail ekstrem yang sulit dicapai sensor lain.

Pixel-nya sendiri berukuran 0,7 mikrometer, tetapi Sony mendesain struktur pikselnya secara tidak biasa. Hal ini menjadi kunci dari kemampuan zoom dan low-light yang akan kita bahas selanjutnya.

BACA JUGA :

Struktur Quad-Quad Bayer: 16 Pixel Digabung dalam Satu Kelompok

Alih-alih memakai Bayer biasa atau Quad Bayer konvensional, Lytia 901 menggunakan Quad-Quad Bayer Coding (QQBC). Dalam konfigurasi ini, 16 piksel (4 × 4) memiliki warna filter yang sama dan diproses sebagai satu kesatuan.

Dengan pendekatan tersebut, Sony memberikan beberapa keunggulan penting:

  • Mode low-light yang lebih bersih karena penggabungan 16 pixel menjadi 1 pixel virtual.
  • Output default 12,5 MP yang memiliki sensitivitas cahaya tinggi.
  • Fleksibilitas binning: 12,5 MP (16-in-1), 50 MP (4-in-1), hingga 200 MP penuh.

Struktur 16-in-1 ini bisa dianggap sebagai kompromi cerdas antara resolusi ekstrim dan efisiensi cahaya. Bagi para mobile photographer yang sering memotret malam hari atau kondisi kontras ekstrem, struktur seperti ini biasanya memberikan kualitas lebih stabil.

AI On-Chip: Pemrosesan Citra Berbasis Kecerdasan Buatan di Dalam Sensor

Salah satu fitur paling menarik sekaligus paling teknis dari Lytia 901 adalah unit pemrosesan AI terintegrasi di dalam sensor. Ini berbeda dari pendekatan biasanya, di mana pemrosesan AI dilakukan oleh ISP smartphone atau chip utama.

Dengan AI on-chip, sensor bisa:

  • Mendeteksi pola tekstur dan detail halus secara real-time.
  • Mengurangi noise tanpa menghancurkan detail.
  • Melakukan remosaicing lebih cepat dan lebih akurat.
  • Mengoptimalkan dynamic range berdasarkan analisis objek dan latar.

Pendekatan ini lebih efisien, karena gambar dianalisis sebelum mencapai ISP, sehingga beban pemrosesan turun dan hasilnya lebih konsisten.

Remosaicing AI dan Zoom In-Sensor 4x

Inilah fitur yang disorot banyak analis: zoom 4x berbasis sensor tanpa modul telefoto. Bukan zoom digital biasa, melainkan pendekatan hybrid yang menggabungkan arsitektur QQBC dan remosaicing AI.

Cara kerjanya:

  1. Sensor membaca piksel 200 MP penuh.
  2. AI on-chip membangun ulang struktur Bayer normal dari QQBC.
  3. Hasil rekonstruksi memberikan data resolusi tinggi yang cukup untuk zoom lossless hingga 4x.

Untuk pengguna yang menginginkan zoom berkualitas tanpa modul kamera tambahan, teknologi ini berpotensi menggeser peran telefoto mid-range. Namun, apakah akan seakurat lensa telefoto optik? Tergantung implementasi OEM nantinya. Meski begitu, secara teknis ini merupakan salah satu langkah paling signifikan dalam desain sensor kamera mobile.

Dynamic Range Hingga 17 Stop

Sony mengintegrasikan beberapa teknologi HDR canggih, termasuk:

  • Dual Conversion Gain (DCG) untuk mengoptimalkan konversi sinyal pada cahaya rendah dan terang.
  • Fine12bit ADC yang meningkatkan kualitas tonal.
  • Hybrid Frame HDR yang menggabungkan eksposur berbeda secara simultan.

Hasil akhirnya adalah dynamic range hingga 17 stop, angka yang sangat tinggi untuk ukuran sensor smartphone. Untuk fotografer, ini berarti:

  • Bayangan tidak cepat menjadi blok hitam.
  • Sorotan tidak mudah clipping.
  • Warna dan tekstur tetap terjaga di kondisi cahaya campuran.

Kapabilitas Video: 8K dan 4K 120fps

Sensor ini bukan hanya unggul di foto. Lytia 901 juga mendukung:

  • Rekaman 8K 30fps.
  • Rekaman 4K 120fps.
  • Zoom 4x di video berkat remosaicing AI.

Untuk konten kreator yang memprioritaskan detail tinggi dan fleksibilitas editing, kombinasi ini membuka kemungkinan baru pada smartphone.

Smartphone Pertama yang Diprediksi Menggunakannya

Berdasarkan berbagai laporan industri, beberapa model berikut disebut paling mungkin menjadi pengguna awal Lytia 901:

  • Oppo Find X9 Ultra
  • Vivo X300 Ultra
  • Google Pixel generasi berikutnya
  • Flagship Xiaomi dan Honor tertentu

Sony biasanya menerapkan periode eksklusivitas untuk beberapa brand, sehingga tidak semua produsen bisa langsung memakainya. Hal ini berpotensi membuat Lytia 901 menjadi nilai jual utama bagi perangkat yang mendapat akses pertama.

Apa Arti Lytia 901 untuk Masa Depan Fotografi Mobile?

Untuk audiens yang benar-benar memperhatikan detail teknis, Lytia 901 adalah tonggak baru karena membawa beberapa hal yang sebelumnya belum menjadi standar:

  • AI on-sensor, bukan hanya AI di ISP.
  • Struktur QQBC yang menekankan efisiensi cahaya ekstrem.
  • Kemampuan zoom yang mengurangi ketergantungan pada modul telefoto.
  • Dynamic range setara kamera besar.

Jika implementasi OEM berjalan maksimal, sensor ini bisa menggeser batas kualitas kamera smartphone 2026, terutama untuk fotografi malam, zoom berkualitas tinggi, dan video profesional.